Sunday, May 17, 2009

Yovie n’ Nuno dan Hidup Saya

Januari 2008

( mengalun dari radio )

Yovie n’ Nuno – Menjaga Hati

masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah pertanda
cinta tak di sini lagi
kau tlah berpaling

biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi, aku takkan pergi
kau menjaga, aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meski ku lihat kini
kau di seberang sana

andai akhirnya
kau tak juga kembali
aku tetap sendiri
menjaga hati

sejujurnya diriku masih mengharapkanmu


Air mata saya mengalir lagi mendengar lagu itu lagi. Kesal. Kenapa hit single bulan ini mesti lagu itu? Terlalu pas. Terlalu klop. Terlalu apa istilahnya ya? Seakan dunia menyanyikan kesedihan saya juga.

***

Saya tersenyum. Menyapanya. Ia membalas senyum saya. Tapi tetap saja, itu bukan senyum yang sama. Senyum yang pernah menemani saya setahun kemarin. Senyumnya yang manis. Yang membuat matanya tenggelam di dalam pelupuk. Yang tulus. Yang membuat bibirnya hanya sebatas garis tipis. Senyum yang tak pernah ia tunjukan selain pada saya.
Tapi sekarang senyumnya tak sama lagi. Matanya tidak ikut tersenyum. Bibirnya bukan sebuah garis tipis lagi. Dan yang paling menyakitkan, bahkan matanya tak melihat ke arah saya.

( mengalun di radio )

Yovie n’ Nuno – Dia Milikku

Semula ku tak tahu
Engkau juga tlah ingin memilikinya
Bukankah ku lebih dulu
Bila engkau temanku
Sebaiknya tak mengganggu

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda cinta
Janganlah kamu banyak bermimpi

Dia Untukku

Bukankah dulu pasti
Kamu juga kan jadi
Dengan dirinya
Dia yang menentukan
Apa yang kan terjadi
Tak usah mengaturku

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kusarankan engkau mundur saja

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda cinta
Janganlah kamu banyak bermimpi oohh

Dia untuk aku
Bukan
Dia untuk aku


Ya, matanya tertuju ke arah wanita itu. Wanita yang katanya sangat baik. Yang katanya selalu mendengar keluh kesahnya. Yang katanya memiliki hobi yang sama dengannya. Yang katanya sering membuatnya tertawa. Dan yang katanya tidak akan menyakitinya seperti yang saya lakukan.
***

Iya, saya memang sering sekali menyakitinya. Membuatnya senang kemudian tiba-tiba melemparnya. Mengapa saya sering melakukannya? Saya bahkan tidak mengetahui alasannya. Saya hanya bosan. Yaaa, iya bosan. Bosan melihat keadaan yang monoton. Dia yang sangat menyayangi saya. Dia yang selalu ada. Dia yang tak pernah marah, tak pernah kesal, tak pernah terlambat, tak pernah tersandung, tak pernah melakukan kesalahan.
Tak pernah melakukan kesalahan?
Justru itu kesalahannya yang sangat fatal.
Ia sempurna.
Tapi mengapa itu menjadi masalah bagi saya?
Bahkan saya sendiri tidak dapat menjawabnya.
Namun setelah saya membuangnya, ia tetap menunggu, kemudian ketika saya bosan,saya menghampirinya lagi, menyuruhnya kembali. Ahh, kemudian saya bosan lagi, saya lempar dia jauh-jauh, keras-keras. Yaa, ia terhempas. Pasti sakit rasanya. Tapi mengapa ia tetap di sana? Masih dengan senyumnya. Senyum bodohnya itu.
Kali ini saya membuangnya lagi. Tapi mengapa ia pergi? Apa saya salah lihat? Ia tidak menunggu seperti biasanya. Ia berjalan ! Atau berlari? Saya berbisik, ia tidak menoleh. Saya berbicara, ia tetap memandang ke depan. Saya bernyanyi, ia kembali melangkah. Saya berteriak, ia menutup telinga. Apa yang harus saya lakukan? Saya berlutut, menangis, memohon, mengiba, mengais …
Apa masih ada yang tersisa?
Ia menoleh. Akhirnya ! Ia mendengar. Katanya ia percaya saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Saya tertawa. Saya berhasil. Dan saya tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya akan genggam dia. Saya tidak mungkin membiarkannya pergi lagi.

***
Februari 2008

( mengalun dari radio )

Yovie n’ Nuno – Janji Suci

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu


Saya tertawa. Dia sedang berlutut di hadapan saya sambil melakukan lipsing dengan lagu yang baru saja saya dengar di radio tadi. Dunia ikut tertawa ! Ikut merasakan kebahagiaan saya.
Saya melihat senyum itu lagi. Senyum yang bahkan lebih tulus.
Detik-detik yang akan membuat saya serasa di surga dunia akan segera dimulai. Detik-detik penuh lagu cinta. Detik-detik tanpa air mata. Detik-detik saya dan dia. Detik-detik kami.

(mengalun dari radio)

Yovie n’ Nuno – Sejuta Cinta

beruntungnya diriku memilikimu
berikan cahaya temani langkahmu
andai sejak dulu kau ada disini
pasti tak akan ada cinta yang lain

tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

engkau pelita yang hangatkan diriku
semua begitu indah bagai di surga
jangan pernah berpaling pada dirinya
aku ada disini hanya untukmu

tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

ooh oohhh

tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

beruntungnya diriku memilikimu
berikan cahaya temani langkahmu
andai sejak dulu kau ada disini
pasti tak akan ada cinta yang lain

tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah


Detik demi detik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari. Lalu mengapa tawa itu pudar? Mengapa perasaan nyaman itu seperti ditusuk duri secara perlahan? Mengapa senyum itu memudar? Ini bahkan baru berjalan sebulan !
Saya panik. Tidak mengerti apa yang terjadi. Cahaya saya mati saat tidak bersamanya. Saya harus selalu bersamanya. Saya tidak mungkin tanpa dia. Bagaimana kalau saya ikat saja dia? Saya tanya mengapa ia tampak berbeda. Ia hanya menjawab tidak tahu. Ayolah, apa ia sebodoh itu? Saya harus mendesaknya. Saya harus mengembalikan ia yang dulu. Ia bilang ia menyayangi saya. Selalu dan selamanya. Memang harusnya begitu kan? Kenapa harus berubah? Ini keadaan yang sempurna ! Ya saya tahu, saya memang harus mendesaknya. Supaya ia tahu betapa saya menyayanginya. Supaya ia tidak pergi kemanapun. Ia harus tahu saya bisa mati tanpanya.
Dan ia malah mengendap. Menjauhi saya perlahan. Saya menariknya satu meter, tapi ia malah menjauhi saya dua meter. Saya bingung. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia pergi membawa hati saya, padahal ia yang membuat hati itu. Saya harus memanggilnya keras-keras. Jangan pergi. Saya mohon.
Saya memohon sangat keras. Tapi ia memohon lebih keras lagi. Ia hanya butuh waktu untuk merenung. Ia pun tidak mengetahui apa yang terjadi padanya. Begitu katanya. Saya mengangguk. Saya setuju. Saya hanya ingin ia kembali menjadi ia yang dulu. Hanya itu.
Tapi waktu yang saya berikan untuk ia merenung sudah terlalu banyak ! Mengapa ia masih belum kembali? Ia malah semakin jauh. Saya harus pergi ke mana mencarinya? Ia lupa janjinya ! Ia pergi sebelum mengembalikan hati saya. Saya buta, tak tahu arah. Saya hancur …

April 2008

Yovie n’ Nuno – Sempat Memiliki

Mengapa Kita Bertemu
Bila Akhirnya Dipisahkan
Mengapa Kita Berjumpa
Tapi Akhirnya Di Jauhkan
Kau Bilang Hatimu Aku
Nyatanya Bukan Untuk Aku

Bintang Di Langit Nan Indah
Dimanakah Cinta Yg Dulu
Masihkah Aku Disana
Di Relung Hati Dan Mimpimu
Andaikan Engkau Disini
Andaikan Tetap Denganku

Reff :
Aku Hancur Ku Terluka
Namun Engkaulah Nafasku
Kau Cintaku Meski Aku
Bukan Di Benakmu Lagi
Dan Kuberuntung
Sempat Memilikimu…

Engkau Mengatakan
Merindukan Diriku Lagi
Ingin Ku Sampaikan
Ku Tak Hanya Sekedar Itu…

Wouwoo..Wouowwoo….


Saya hanya diam. Menangis sejadi-jadinya. Menunggu hits Yovie n’ Nuno berikutnya yang akan menyelamatkan hidup saya.

Wednesday, May 6, 2009

Mirisnya Saya Melihat Beliau dengan Baju Oranye Bertuliskan "TAHANAN"

Saya tidak di pihak manapun. Tidak menjudge siapapun.

Saya cuma miris.
Miris melihat kejanggalan-kejanggalan yang menurut saya, banyak, di kasus pembunuhan Nasrudin yang menjadikan Antasari Azhar sebagai tersangka utamanya ini.

Pak Antasari, ketua KPK non aktif ini, pernah jadi pahlawan buat saya pribadi.

Awal beliau dipilih sebagai ketua KPK banyak sekali pandangan sebelah mata terhadap beliau, apalagi beliau berasal dari kejaksaan yang notabene merupakan tempat-tempat para koruptor bersarang.

Tapi seperti banyak pendapat mengatakan,
orang dalam tahu segala kebusukan dan kebaikan orang dalam itu sendiri dibandingkan orang luar.

Kapan lagi saya bisa tertawa melihat para koruptor itu ditangkap, dan saat mereka dengan mudahnya membicarakan "asas praduga tak bersalah", KPK tampil dengan rekaman-rekaman pembicaraan pembuktian kesalahan mereka yang sangat menghibur masyarakat.

Beliau (Antasari) pernah membuat rakyat bertepuk tangan, tertawa gembira, dan akhirnya : merasa bahwa pemerintah ada di pihak rakyat.

Setidaknya, Antasari lah kepala dari segala kehebatan KPK yang membuat saya berdecak kagum dan pernah bermimpi menjadi anggota KPK kelak.

Hari pertama penyelidikan, status Antasari sebagaimana diungkapkan Polisi adalah sebagai SAKSI. Tapi pihak kejaksaan dengan vokal membuat pernyataan di depan media bahwa status Antasari adalah Tersangka.

Dengan cepatnya anggota DPR-RI menyarankan presiden untuk segera menonaktifkan Antasari dan melakukan fit and proper test untuk mencari pimpinan KPK yang baru.

Apa yang terjadi?

Bahkan saat media meneriakan "Apa bukti yang menjadikan Antasari Azhar tersangka?"
jawaban yang terdengar berulang hanyalah "Masih dalam proses."

Apa yang terjadi?

Saat Nasrudin adalah sumber informasi KPK, mengapa Antasari harus membunuh Nasrudin?

Saya muak melihat drama buatan cinta segitiga Nasrudin-Rani-Antasari.

Salah siapa saat orang benar selalu menjadi korban?
Apa di dunia yang sekarang ini kita semua harus menjadi licik?

Antasari hanya pernah membuat saya menganggapnya pahlawan, dan saya hanya miris melihat baju oranye lusuh itu menggantung di tubuhnya.