Friday, June 5, 2009

Lust Caution

Dvd film ini udah hampir budug di rumah. Udah hampir dua taun lalu saya beli dvd ini di Vertex jalan Ambon tapi belum juga saya tonton karena denger-denger ada adegan sex kasar yang kontroversial.

Tapi kenapa tetep saya beli?

Selain karena penasaran, film ini sempat jadi perbincangan hangat di showbiz-showbiz televisi maupun radio karena ceritanya yang unik. Film ini juga memenangkan best picture di Venice Movie Award.

Yaaa, waktu itu saya masih 16 tahun. Berhubung sekarang saya udah 18 tahun, saya memberanikan diri menonton film itu.

Film ini menceritakan perjuangan seorang wanita yang menyamar buat ngedeketin seorang pria yang konon adalah pengkhianat China.

Ga disangka, dalam penyamaran ini tumbuh perasaan yang dalam satu sama lain di antara mereka. Sampe kemudian si cewe ga tega ngejebak si cowo terus dia ngasih kode supaya si cowo kabur dan ga jadi dibunuh. Tapi si cewe dan temen-temennya malah ditangkep sama anak buah si cowo buat dieksekusi.

Akhirnya si cowo cuma bisa mengenang si cewe di kamar tempat mereka sering ketemu.

Jujur aja saya kaget.
"Loh? Udah tamat?"

Tapi film-film berkualitas emang rata-rata sulit diprediksi ya. Dan seringkali menyisakan perasaan aneh setelah kita selesai menyaksikannya.

Malu-Malu Kucing

Kemaren saya beli nasi bungkus di sebelah percetakan. Saya bilang sama ibu-ibunya : Jangan pake kresek ya, Bu.

FYI. Saya benci kresek, plastik, dsb kalo itu ga penting-penting amat. Karna ujung-ujungnya kita bakal ngebuang sampah unrenewable itu bahkan sebelum mereka kotor !

Si ibu menjawab : Jangan neng, malu mamawa nasi bungkus gitu.

Saya : sayang bu kreseknya. Deket da cuma ke sebelah.

Si ibu : udah gapapa (sambil menaruh nasi bungkus ke dalam kresek)

saya : jangan bu serius.

Si ibu : (tampak kesal) Udah neng,nih! (ngasih bungkusannya)

Saya kesel tapi yaudah dari pada jadi masalah saya ngalah.

Terus saya jajan ke warung di sebelahnya.

Ada pembantu beli 1 bungkus mie instan.
Si tukang warung tiis ngasih kembaliannya tanpa ngasih kresek.

Si pembantu mengernyit : Bu, mana kreseknya?

Si tukang warung ikut mengernyit : Mau pk kresek mba gitu doang?

Si pembantu masang muka sebel : Yaiyalah. MALU bu bawa2 indomie ga pake kresek.

Si tukang warung ikutan sebel : Ngapain malu mba?

Si pembantu : ntar kan ngelewat tukang ojeg dpan sana, bu. Udah bu,kresek doang apa susahnya?

Si tukang warung kekeuh tapi takut kehilangan pelanggan. Akhirnya dia ngalah sambil ngedumel dalem hati. Si pembantu pun pergi dgn wajah ceria sambil mengayunkan kresek yang sejak awal telah diidamkannya itu.

Malu malu malu malu.
Ternyata orang Indonesia punya rasa malu yang besar ya untuk banyak hal sepele.

Malu bawa belanjaan ringan tanpa kresek, malu bertanya, malu belajar, malu ga punya uang, malu naik angkot, malu makan di pinggir jalan, malu malu malu. Malu-maluin !

Kenapa kita ga pernah malu untuk banyak hal lain yg lebih penting?

Malu korupsi? Malu berbohong? Malu membantah guru dan orang tua? Malu pake baju bolong dimana-mana? Malu berbuat salah? Malu nyontek? Malu punya utang? Malu untuk hal yang emang kita mesti malu !

Yah inti yg pengen saya sampein mah cuma masalah lingkungannya aja sih. Plastik itu sampah yang butuh waktu bertahun-tahun buat lebur sama tanah. Buat beli jajanan kecil, alat tulis, buku, chiki, dll bisa gausah pake kresek kan? Kalo MALU, bawa kresek dari rumah. Atau buat cewe, bawa tas-tas dr krtas tissue yang ada tulisan "Go Green!" atau "Save Our Planet" atau apapun itu. Yah,tp kalo buat beli daging sapi di pasar saya sarankan jangan pake tas itu.

Bumi kita udah makin rusak! Saya tau kita semua udah bosen denger ini. Tapi kenapa yang bertindak cuma sedikit?
Ga harus ikutan Greenpeace ko buat nyelamatin bumi kita.
Dari hal sepele doang kaya ngurangin pmakaian kresek tadi.

Sepele tapi jarang banget yang ngelakuin.

Yaaa dampaknya ntar buat anak cucu kita (bahkan kita udah kena dampaknya!) . Tega liat cucu yg kita sayangin ga punya tempat hidup yang baik nanti di bumi? Walaupun saya yakin ada yg jawab "Ya itu urusan generasi mereka" Tapi pikirin aja, bukan ga mungkin gosip kiamat 2012 itu bener mengingat bumi yang kita tinggalin sebenarnya masih layak huni ga sih?

Ayo sama-sama selamatkan bumi kita. Karena sejuta penyelamat bumi bisa berawal dari satu orang iseng yang benci kresek.

Sunday, May 17, 2009

Yovie n’ Nuno dan Hidup Saya

Januari 2008

( mengalun dari radio )

Yovie n’ Nuno – Menjaga Hati

masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah pertanda
cinta tak di sini lagi
kau tlah berpaling

biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi, aku takkan pergi
kau menjaga, aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meski ku lihat kini
kau di seberang sana

andai akhirnya
kau tak juga kembali
aku tetap sendiri
menjaga hati

sejujurnya diriku masih mengharapkanmu


Air mata saya mengalir lagi mendengar lagu itu lagi. Kesal. Kenapa hit single bulan ini mesti lagu itu? Terlalu pas. Terlalu klop. Terlalu apa istilahnya ya? Seakan dunia menyanyikan kesedihan saya juga.

***

Saya tersenyum. Menyapanya. Ia membalas senyum saya. Tapi tetap saja, itu bukan senyum yang sama. Senyum yang pernah menemani saya setahun kemarin. Senyumnya yang manis. Yang membuat matanya tenggelam di dalam pelupuk. Yang tulus. Yang membuat bibirnya hanya sebatas garis tipis. Senyum yang tak pernah ia tunjukan selain pada saya.
Tapi sekarang senyumnya tak sama lagi. Matanya tidak ikut tersenyum. Bibirnya bukan sebuah garis tipis lagi. Dan yang paling menyakitkan, bahkan matanya tak melihat ke arah saya.

( mengalun di radio )

Yovie n’ Nuno – Dia Milikku

Semula ku tak tahu
Engkau juga tlah ingin memilikinya
Bukankah ku lebih dulu
Bila engkau temanku
Sebaiknya tak mengganggu

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda cinta
Janganlah kamu banyak bermimpi

Dia Untukku

Bukankah dulu pasti
Kamu juga kan jadi
Dengan dirinya
Dia yang menentukan
Apa yang kan terjadi
Tak usah mengaturku

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kusarankan engkau mundur saja

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Pergilah kamu
Jangan kau ganggu
Biarkan aku
Mendekatinya

Dia untukku
Bukan untukmu
Dia milikku
Bukan milikmu
Lihatlah nanti
Lihatlah saja
Biarkan aku
Mendekatinya

Kamu
Tak akan mungkin
Mendapatkannya
Karena dia
Berikan aku
Pertanda cinta
Janganlah kamu banyak bermimpi oohh

Dia untuk aku
Bukan
Dia untuk aku


Ya, matanya tertuju ke arah wanita itu. Wanita yang katanya sangat baik. Yang katanya selalu mendengar keluh kesahnya. Yang katanya memiliki hobi yang sama dengannya. Yang katanya sering membuatnya tertawa. Dan yang katanya tidak akan menyakitinya seperti yang saya lakukan.
***

Iya, saya memang sering sekali menyakitinya. Membuatnya senang kemudian tiba-tiba melemparnya. Mengapa saya sering melakukannya? Saya bahkan tidak mengetahui alasannya. Saya hanya bosan. Yaaa, iya bosan. Bosan melihat keadaan yang monoton. Dia yang sangat menyayangi saya. Dia yang selalu ada. Dia yang tak pernah marah, tak pernah kesal, tak pernah terlambat, tak pernah tersandung, tak pernah melakukan kesalahan.
Tak pernah melakukan kesalahan?
Justru itu kesalahannya yang sangat fatal.
Ia sempurna.
Tapi mengapa itu menjadi masalah bagi saya?
Bahkan saya sendiri tidak dapat menjawabnya.
Namun setelah saya membuangnya, ia tetap menunggu, kemudian ketika saya bosan,saya menghampirinya lagi, menyuruhnya kembali. Ahh, kemudian saya bosan lagi, saya lempar dia jauh-jauh, keras-keras. Yaa, ia terhempas. Pasti sakit rasanya. Tapi mengapa ia tetap di sana? Masih dengan senyumnya. Senyum bodohnya itu.
Kali ini saya membuangnya lagi. Tapi mengapa ia pergi? Apa saya salah lihat? Ia tidak menunggu seperti biasanya. Ia berjalan ! Atau berlari? Saya berbisik, ia tidak menoleh. Saya berbicara, ia tetap memandang ke depan. Saya bernyanyi, ia kembali melangkah. Saya berteriak, ia menutup telinga. Apa yang harus saya lakukan? Saya berlutut, menangis, memohon, mengiba, mengais …
Apa masih ada yang tersisa?
Ia menoleh. Akhirnya ! Ia mendengar. Katanya ia percaya saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Saya tertawa. Saya berhasil. Dan saya tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya akan genggam dia. Saya tidak mungkin membiarkannya pergi lagi.

***
Februari 2008

( mengalun dari radio )

Yovie n’ Nuno – Janji Suci

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu


Saya tertawa. Dia sedang berlutut di hadapan saya sambil melakukan lipsing dengan lagu yang baru saja saya dengar di radio tadi. Dunia ikut tertawa ! Ikut merasakan kebahagiaan saya.
Saya melihat senyum itu lagi. Senyum yang bahkan lebih tulus.
Detik-detik yang akan membuat saya serasa di surga dunia akan segera dimulai. Detik-detik penuh lagu cinta. Detik-detik tanpa air mata. Detik-detik saya dan dia. Detik-detik kami.

(mengalun dari radio)

Yovie n’ Nuno – Sejuta Cinta

beruntungnya diriku memilikimu
berikan cahaya temani langkahmu
andai sejak dulu kau ada disini
pasti tak akan ada cinta yang lain

tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

engkau pelita yang hangatkan diriku
semua begitu indah bagai di surga
jangan pernah berpaling pada dirinya
aku ada disini hanya untukmu

tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

ooh oohhh

tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah

beruntungnya diriku memilikimu
berikan cahaya temani langkahmu
andai sejak dulu kau ada disini
pasti tak akan ada cinta yang lain

tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
tak kurasa sebelumnya
sejuta cinta yang terindah


Detik demi detik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari. Lalu mengapa tawa itu pudar? Mengapa perasaan nyaman itu seperti ditusuk duri secara perlahan? Mengapa senyum itu memudar? Ini bahkan baru berjalan sebulan !
Saya panik. Tidak mengerti apa yang terjadi. Cahaya saya mati saat tidak bersamanya. Saya harus selalu bersamanya. Saya tidak mungkin tanpa dia. Bagaimana kalau saya ikat saja dia? Saya tanya mengapa ia tampak berbeda. Ia hanya menjawab tidak tahu. Ayolah, apa ia sebodoh itu? Saya harus mendesaknya. Saya harus mengembalikan ia yang dulu. Ia bilang ia menyayangi saya. Selalu dan selamanya. Memang harusnya begitu kan? Kenapa harus berubah? Ini keadaan yang sempurna ! Ya saya tahu, saya memang harus mendesaknya. Supaya ia tahu betapa saya menyayanginya. Supaya ia tidak pergi kemanapun. Ia harus tahu saya bisa mati tanpanya.
Dan ia malah mengendap. Menjauhi saya perlahan. Saya menariknya satu meter, tapi ia malah menjauhi saya dua meter. Saya bingung. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Ia pergi membawa hati saya, padahal ia yang membuat hati itu. Saya harus memanggilnya keras-keras. Jangan pergi. Saya mohon.
Saya memohon sangat keras. Tapi ia memohon lebih keras lagi. Ia hanya butuh waktu untuk merenung. Ia pun tidak mengetahui apa yang terjadi padanya. Begitu katanya. Saya mengangguk. Saya setuju. Saya hanya ingin ia kembali menjadi ia yang dulu. Hanya itu.
Tapi waktu yang saya berikan untuk ia merenung sudah terlalu banyak ! Mengapa ia masih belum kembali? Ia malah semakin jauh. Saya harus pergi ke mana mencarinya? Ia lupa janjinya ! Ia pergi sebelum mengembalikan hati saya. Saya buta, tak tahu arah. Saya hancur …

April 2008

Yovie n’ Nuno – Sempat Memiliki

Mengapa Kita Bertemu
Bila Akhirnya Dipisahkan
Mengapa Kita Berjumpa
Tapi Akhirnya Di Jauhkan
Kau Bilang Hatimu Aku
Nyatanya Bukan Untuk Aku

Bintang Di Langit Nan Indah
Dimanakah Cinta Yg Dulu
Masihkah Aku Disana
Di Relung Hati Dan Mimpimu
Andaikan Engkau Disini
Andaikan Tetap Denganku

Reff :
Aku Hancur Ku Terluka
Namun Engkaulah Nafasku
Kau Cintaku Meski Aku
Bukan Di Benakmu Lagi
Dan Kuberuntung
Sempat Memilikimu…

Engkau Mengatakan
Merindukan Diriku Lagi
Ingin Ku Sampaikan
Ku Tak Hanya Sekedar Itu…

Wouwoo..Wouowwoo….


Saya hanya diam. Menangis sejadi-jadinya. Menunggu hits Yovie n’ Nuno berikutnya yang akan menyelamatkan hidup saya.

Wednesday, May 6, 2009

Mirisnya Saya Melihat Beliau dengan Baju Oranye Bertuliskan "TAHANAN"

Saya tidak di pihak manapun. Tidak menjudge siapapun.

Saya cuma miris.
Miris melihat kejanggalan-kejanggalan yang menurut saya, banyak, di kasus pembunuhan Nasrudin yang menjadikan Antasari Azhar sebagai tersangka utamanya ini.

Pak Antasari, ketua KPK non aktif ini, pernah jadi pahlawan buat saya pribadi.

Awal beliau dipilih sebagai ketua KPK banyak sekali pandangan sebelah mata terhadap beliau, apalagi beliau berasal dari kejaksaan yang notabene merupakan tempat-tempat para koruptor bersarang.

Tapi seperti banyak pendapat mengatakan,
orang dalam tahu segala kebusukan dan kebaikan orang dalam itu sendiri dibandingkan orang luar.

Kapan lagi saya bisa tertawa melihat para koruptor itu ditangkap, dan saat mereka dengan mudahnya membicarakan "asas praduga tak bersalah", KPK tampil dengan rekaman-rekaman pembicaraan pembuktian kesalahan mereka yang sangat menghibur masyarakat.

Beliau (Antasari) pernah membuat rakyat bertepuk tangan, tertawa gembira, dan akhirnya : merasa bahwa pemerintah ada di pihak rakyat.

Setidaknya, Antasari lah kepala dari segala kehebatan KPK yang membuat saya berdecak kagum dan pernah bermimpi menjadi anggota KPK kelak.

Hari pertama penyelidikan, status Antasari sebagaimana diungkapkan Polisi adalah sebagai SAKSI. Tapi pihak kejaksaan dengan vokal membuat pernyataan di depan media bahwa status Antasari adalah Tersangka.

Dengan cepatnya anggota DPR-RI menyarankan presiden untuk segera menonaktifkan Antasari dan melakukan fit and proper test untuk mencari pimpinan KPK yang baru.

Apa yang terjadi?

Bahkan saat media meneriakan "Apa bukti yang menjadikan Antasari Azhar tersangka?"
jawaban yang terdengar berulang hanyalah "Masih dalam proses."

Apa yang terjadi?

Saat Nasrudin adalah sumber informasi KPK, mengapa Antasari harus membunuh Nasrudin?

Saya muak melihat drama buatan cinta segitiga Nasrudin-Rani-Antasari.

Salah siapa saat orang benar selalu menjadi korban?
Apa di dunia yang sekarang ini kita semua harus menjadi licik?

Antasari hanya pernah membuat saya menganggapnya pahlawan, dan saya hanya miris melihat baju oranye lusuh itu menggantung di tubuhnya.

Sunday, April 12, 2009

I Still Remember

Wow hari ini saya kaget.
Saya pasang shuffle music player saya.
Saya ga terlalu merhatiin lagu-lagunya.
Saya sibuk melakukan pekerjaan lain.
Dan berhubung lagu di music player saya ada banyak, banyak lagu yang jarang terdengar.

Tapi di suatu ketika, perasaan saya tiba-tiba ngga enak.
Lama saya berpikir, kenapa ya.

Akhirnya saya sadar,
si music player sedang memperdengarkan "Mocca - I Remember"

Lagu yang selalu menemani air mata saya setahun yang lalu.

Astaga ya Tuhan, saya baru sadar, memang TEPAT setahun yang lalu saya benar-benar mengakhirinya.
12 April 2008.

Masih berakhir, dan masih seperti baru terjadi kemarin .

Kapan saya akan memulai?
Kapan saya akan membuang foto-foto itu?
Kapan saya akan menghapus deretan lagu patah hati di playlist saya?
Kapan saya akan benar-benar memulai, bukan hanya mencari selingan?

Dulu saya pernah merencanakan mengakhiri semuanya di acara perpisahan sekolah,tapi siapa sangka akhirnya malah akan setahun lebih cepat?

Saya akan membuat sebuah awal, Tuhan.
Saya berjanji.
Di perpisahan sekolah nanti.
Saya akan membuat sebuah awal, dan saya akan benar-benar tersenyum padanya.
Saya berjanji.

Friday, April 10, 2009

Kalo Emang Ngga Mau Kenapa Dipilih?

Saya lagi sering denger temen-temen saya nanya "Diambil ga tha UI nya?"

Satu yang saya pikirin pas jawab pertanyaan mereka : bingung.

Kenapa bingung?

Soalnya cukup jelas, kan. Saya ambil jurusan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia karena saya pengen. Jadi kalo keterima, ya saya ambil laaah.

Pengumuman UI tanggal 4 April 2009, tes UGM besoknya di Jakarta.

Tas, uang, cemilan,baju, alat tulis, udah saya siapin buat tes UGM besoknya. Tapi karena saya keterima UI, saya langsung ngebatalin kepergian saya ke Jakarta.

Dan ngga kalah banyak yang nanya "Ihhh,knp ga jd tes UGM nya? Kan sayaaang.Udah bayar uang pndaftaran,udah blablabla"

Tau ngga, kalo UGM udah ngeblacklist kota Bandung?

Kenapa?

Karena terlalu sering dan terlalu banyak siswa SMA di Bandung yang keterima UGM (lewat jalur apapun) dan ngga ngambil.

Kenapa ga diambil?
Karena ternyata keterima di ITB,
karena ternyata cuma keterima di pilihan kedua,
karena ternyata ga boleh di luar kota,
karena ternyata blablabla.

Dan kebanyakan dari mereka bangga.
"Saya keterima di situ di sini di sana,tp ga diambil.Hehehe"

Kalo swasta mah,saya ga mau nyalahin banyak orang yang ngejadiin tes-tes itu buat jadi cadangan doang.
Tapi UI , ITB, UGM, UNDIP, dll. aduuuh. di luar sana, di seluruh Indonesia, banyaaaaak banget yang rela mengorbankan apapun demi jadi mahasiswa PTN-PTN tadi.
Tapi segelintir orang dengan santainya menjadikan SIMAK UI, UM UGM, USM ITB, sebagai ajang TRY OUT belaka.
Memilih jurusan yang mereka tau ga akan mereka ambil walaupun keterima.
Mereka merasa sayang kalau cuma memilih 1 jurusan.

Banyak teman saya yang menangis.
Menangis karena perjuangan mereka berbuah kegagalan.
Padahal mungkin, kalau orang-orang di luar sana ngga hobi TRY OUT sana sini, teman-teman saya yang menangis tadi akan tertawa sekarang.

Indonesian People Move Too Slooww

di suatu Minggu, sepulang mengikuti Try Out UM-UGM di Ganesha Operation, saya dan Tyas memutuskan untuk belajar bareng di Ngopi Doeloe jalan Purnawarman.

Nah, di perjalanan saya mengalami sebuah kejadian yang jadi pikiran saya sampai saat ini.

Turun dari angkot Dago di perempatan, saya dan Tyas jalan kaki di pinggir jalan Merdeka.

Ada dua orang bule yang sama-sama jalan di sana.

Sialnya, saya dan Tyas tepat di depan mereka.

Baru jalan kurang dari 5meter,mereka udah nyusul saya dan Tyas. Sambil nyalip, kedengeran mereka bilang,

"Indonesian people move too slow"

dengan logat British yang cukup kental.

Saya dan Tyas cuma bisa melongo karena merasa kalo jalan kita ga lambat-lambat amat ah.

Dulu waktu SMP, saya biasa jalan cepet, tapi temen-temen saya sering ngejek saya dikejar setan dsb. Saya jadi kebiasa jalan lambat, dan sekarang-sekarang, ukuran segitu udah dianggap normal karena hampir semua orang baik di sekolah maupun di jalanan, jalan dengan kecepatan segitu.

Trus Tyas cerita,waktu dia jalan-jalan ke ITB, hampir semua orang jalan dengan kecepatan jalan bule tadi.

Wah, ko bisa gitu ya?

Saya baru tadi mengambil kesimpulan : kecepatan mobilitas seseorang dari suatu ke tempat lain mungkin menggambarkan kecepatan mobilitas di segala bidang kehidupannya.

kenapa Indonesia lama majunya? karena penduduknya jalan lambat kayanya.

Yes, I Do Love To Be A Part of Minority !

Terimakasih Tuhan, saya diterima di Universitas Indonesia. Universitas yang memang benar-benar saya kagumi sejak lama. Universitas papan atas di Indonesia, bahkan Asia. Universitas yang banyak melahirkan lulusan-lulusan hebat !
Universitas yang blablabla dengan segala keindahannya .

Terimakasih Tuhan. Saya diterima di jurusan Sastra Indonesia.
Jurusan yang menjadi minat saya.
Bidang yang akan saya pelajari dengan hati yang ringan.
Bidang yang saya yakin adalah yang terbaik untuk saya, karena ini pilihan saya, dan Tuhan memberi saya jalan untuk diterima di sini.

Kalau masih ada yang bertanya "Kenapa Sastra Indonesia?" lagi, saya sarankan untuk membaca notes saya yang berjudul "Polemik Pemilihan Jurusan Kuliah" . Tapi tenang saja , jangan malu bertanya langsung, karena saya terbiasa dan sangat suka menjadi minoritas.

Kalau sekarang saya menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai minat saya di Sastra Indonesia, saya jadi ingat masa-masa saya memilih program IPS saat naik ke kelas XI di SMAN 5 Bandung.

Hampir semua orang bertanya, hampir semua saudara bertanya. Mungkin meremehkan tepatnya. Tapi saya PASTI membuktikan kalau cibiran mereka hanya akan membuat mereka semakin kagum melihat saya kelak.

Untungnya, kedua orang tua saya yang moderat (hmm~ love them !) selalu mendukung hal-hal positif yang saya sukai.

Sekarang saya diterima di Sastra Indonesia UI. Padahal hanya kurang dari DUA PULUH LIMA orang yang diterima dari pendaftar seluruh Indonesia yang entah berapa ratus.

Saya bangga.
Saya senang.
Saya bahagia.
Menjadi bagian dari kaum minoritas yang membanggakan.

Saya memang selalu suka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang meluncur dari banyak orang mengenai pilihan hidup saya.
Dan pertanyaan-pertanyaan itu akan semakin memompa saya untuk membuktikan betapa tepatnya pilihan saya.

*Selamat juga untuk teman-teman seperjuangan lain yang diterima di Universitas Indonesia. Ayo kita menjadi succesful minority kelak.

Saturday, February 28, 2009

Polemik Pemilihan Jurusan Kuliah

Prioritas saya :

1. Fakultas EKONOMI jurusan MANAJEMEN.

Kenapa?

Karena saya suka manajemen, suka mengatur sesuatu, suka menyusun segala sesuatu tepat pada tempatnya, senang melihat segala sesuatu tepat waktu.
Tertarik dengan apa yang mereka sebut seni memengaruhi orang lain, tertarik dengan apa yang mereka sebut dengan seni memimpin itu.
Tergiur dengan lapangan kerja yang luas dan menjanjikan.
Juga keinginan saya untuk tak lepas dari ilmu ekonomi yang sangat menarik itu.

2. Fakultas ILMU BAHASA. Jurusan SASTRA INDONESIA.

Kenapa?

Dari saya masih kecil, sekitar 9tahun, saya suka menulis. Entah itu cerpen, buku harian, puisi, atau apapun. Saya suka menulis. Menyenangkan saat melihat goresan pena di atas kertas. Saya murid favorit guru bahasa Indonesia di SD saya. Saya disertakan dalam lomba sinopsis se-Jabar dan menang. Saya suka membaca majalah (mulai dari Bocil, Bobo, Fantasi, Kawanku, kemudian Gadis) . Saya suka kesukaan saya akan bahasa. Saya suka mengirimkan cerpen ke majalah-majalah yang saya baca. Tapi baru satu kali dimuat, dan berkali-kali dikembalikan, ntah ke mana semangat saya itu pergi.
Saya berhenti menulis.

Kemudian saya duduk di bangku kelas 3 SMA. Saya mendapat guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang menginspirasikan bukan hanya saya tapi banyak siswa di sekolah saya untuk mencintai lagi bahasa ibu kami, bahasa Indonesia.

Nah. Bagian manakah polemiknya?

Data Passing Grade Jurusan UI ( menurut Ganesha Operation )

MANAJEMEN = 46,5%
SASTRA INDONESIA = 27,5%

Kebanyakan orang yang bertanya mengenai jurusan yang akan saya ambil nanti,mendengar saya menjawab "Manajemen" akan menjawab "Ohh" atau "goodluck ya" .

Tapi setelah mendengar "Sastra Indonesia" , kenapa ekspresi mereka harus "Hah? Nanaonan?" atau "Baleg?" atau "Naha Indonesia?" atau "Kerjanya jadi apa emang ntar?"

Jurusan yang ideal, di mata kebanyakan pelajar kelas 3 SMA saat ini, adalah jurusan di mana mereka akan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang berlimpah.
Atau banyak juga yang mengincar GRADE yang tinggi, tanpa memikirkan, apa mereka benar-benar menginginkannya.

Bahasa Indonesia, seperti air yang mudah disia-siakan, padahal sangat berharga. Bahasa yang hanya dimiliki oleh bangsa kita. Bahasa yang mengandung jutaan kata indah. Bahasa yang tanpa kita sadari akan sangat kita rindukan saat kita jauh dari negeri ini.

Dan kalau saya memang suka bahasa, bahasa Indonesia, kenapa saya harus pusing memikirkan grade yang kurang tinggi dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain itu?

Tahu tidak, bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati yang bahagia, seberat apapun, akan membawa keringanan dan hasil yang baik. Termasuk pekerjaan saya nanti !

Guru; dosen; editor koran, majalah, televisi; apapun. Asal saya senang dengan apa yang saya lakukan, saya akan tetap menemukan jalan yang tepat kelak.

Tuesday, January 20, 2009

sahabat?

Apakah kalian sahabat?
Mengapa kalian semua menceritakan kisah mereka?
Kemesraan mereka?
Kebahagiaan mereka?

Kalian tau saya masih sangat menyayangi dia,
saya tau kalian tau !

Kalian tau bila cerita yang kalian ucapkan itu akan sangat menyakiti saya,
saya tau kalian tau!

Tapi mengapa kalian menceritakan semua itu seakan saya tidak sakit?

Seakan saya ikut tertawa melihat kebahagiaan itu,
seakan saya ingin tahu saja!

Sakit, seakan kalian tidak memahami saya.
Atau kalian memang tidak paham, sahabat?

The same tear, the same scar

Tuhan, luka itu masih menganga.
Sakitnya masih sangat terasa.
Sudah hampir setahun, tapi kenapa rasanya belum selama itu?

Tangisnya masih pedih, nafasnya masih sesak, langkahnya masih oleng, hatinya masih luka.

Tuhan,tolong ringankan beban hamba-Mu ini.
Biarkan aku melupakannya Tuhan,
biarkan aku tertawa melihat kebahagiaannya.
Biarkan luka ini sembuh, Tuhan.
Biarkan..
Aku mohon..

Ampunilah kesalahan masa laluku padanya.
Apa harus sesakit ini hukuman-Mu?
Karena tawa ini belum pernah selepas dahulu,
senyum ini belum pernah setulus dahulu,
hati ini belum pernah sebahagia dahulu.

Maafkan aku, Sagitarius. aku harus begitu mencintaimu.. Padahal cinta ini tidak membuat siapapun bahagia..

Cinta adalah anugerah? Tapi Tuhan, ambil anugerah ini..
Aku mohon..
Sakit..
Masih sangat menyakitkan..

Friday, January 9, 2009

Masuk Sekolah 6.30 Aja Kok Repot?

Sampe bosen deh denger radio, nonton berita, baca koran, semuanya ngebahas peraturan baru pemda DKI yang mengubah jam masuk sekolah di Jakarta dari 07.00 menjadi 06.30.

Seperti biasa,kebijakan yang dilakukan pemerintah pasti mengundang kontroversi. Tapi baru kali ini saya setuju sama pemerintah.

Konon katanya, cenah mah, pelajar teh nyumbang 16% kemacetan di kota Jakarta. Yaa, jumlah yang emang ga terlalu besar sih. Tapi kata pepatah juga "sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit"

Selama saya mengikuti perkembangan berita, ini nih berbagai komentar yang muncul dari masyarakat.

1. "Mana? Jakarta tetep macet juga !"

komentar saya :
Ya sebenernya wajar aja kalo hasil dari kebijakan ini ngga akan langsung JEDER keliatan. 16% gitu looh. Dan ga semua jalan di jakarta tuh menuju sekolah kan?

2. "Anak saya jadi ngantuk, cape, ga konsentrasi belajar, gampang sakit, blablabla"

komentar saya :
Astagaa. Lebayna euweuh 2 ! Bangun setengah jam lebih cepet doang ngaruh segitu parahnya apa? Inget dulu saya PLS, mesti nyampe 5 jam 6 kurang 15. Bangun jam4. Ah, cuma masalah jam weker aja itu mah ! Lagian, bangun pagi tuh sehat tau. Kalo jam pulang dibikin jadi sore banget, baru wajar tuh ampe sakit.

3. "Kenapa pemerintah bukannya bikin sarana transportasi yang memadai dari pada bikin peraturan yang ga jelas kaya gini?"

komentar saya : aduh, udah ada busway yang keren itu kan? Trus sekarang monorel dan subway lagi dalam tahap pembuatan. Yang katanya sih jadi taun 2015. Yaaah, ga ada salahnya kan kreatif dikit sambil nunggu taun 2015.

Yaaa, intinya mah. Berpikir positif lah sedikit-sedikit mah ke pemerintah. Haha. Negara kita tuh ibarat kanker mah udah stadium 8. Lama banget kalo mau sembuh. Kalo diliat-liat, udah banyak lho kemajuan yang dibikin Pak SBY 5tahun ini . ( Jadi kampanye deh gue. Hahaha )

Ya gitu deh,
cuma pengen nulis berita yang lagi anget-anget tai ayam.
Hehehe.