Wednesday, May 6, 2009

Mirisnya Saya Melihat Beliau dengan Baju Oranye Bertuliskan "TAHANAN"

Saya tidak di pihak manapun. Tidak menjudge siapapun.

Saya cuma miris.
Miris melihat kejanggalan-kejanggalan yang menurut saya, banyak, di kasus pembunuhan Nasrudin yang menjadikan Antasari Azhar sebagai tersangka utamanya ini.

Pak Antasari, ketua KPK non aktif ini, pernah jadi pahlawan buat saya pribadi.

Awal beliau dipilih sebagai ketua KPK banyak sekali pandangan sebelah mata terhadap beliau, apalagi beliau berasal dari kejaksaan yang notabene merupakan tempat-tempat para koruptor bersarang.

Tapi seperti banyak pendapat mengatakan,
orang dalam tahu segala kebusukan dan kebaikan orang dalam itu sendiri dibandingkan orang luar.

Kapan lagi saya bisa tertawa melihat para koruptor itu ditangkap, dan saat mereka dengan mudahnya membicarakan "asas praduga tak bersalah", KPK tampil dengan rekaman-rekaman pembicaraan pembuktian kesalahan mereka yang sangat menghibur masyarakat.

Beliau (Antasari) pernah membuat rakyat bertepuk tangan, tertawa gembira, dan akhirnya : merasa bahwa pemerintah ada di pihak rakyat.

Setidaknya, Antasari lah kepala dari segala kehebatan KPK yang membuat saya berdecak kagum dan pernah bermimpi menjadi anggota KPK kelak.

Hari pertama penyelidikan, status Antasari sebagaimana diungkapkan Polisi adalah sebagai SAKSI. Tapi pihak kejaksaan dengan vokal membuat pernyataan di depan media bahwa status Antasari adalah Tersangka.

Dengan cepatnya anggota DPR-RI menyarankan presiden untuk segera menonaktifkan Antasari dan melakukan fit and proper test untuk mencari pimpinan KPK yang baru.

Apa yang terjadi?

Bahkan saat media meneriakan "Apa bukti yang menjadikan Antasari Azhar tersangka?"
jawaban yang terdengar berulang hanyalah "Masih dalam proses."

Apa yang terjadi?

Saat Nasrudin adalah sumber informasi KPK, mengapa Antasari harus membunuh Nasrudin?

Saya muak melihat drama buatan cinta segitiga Nasrudin-Rani-Antasari.

Salah siapa saat orang benar selalu menjadi korban?
Apa di dunia yang sekarang ini kita semua harus menjadi licik?

Antasari hanya pernah membuat saya menganggapnya pahlawan, dan saya hanya miris melihat baju oranye lusuh itu menggantung di tubuhnya.

No comments: